sugeng rawuh sedaya mawon

sugeng rawuh kanca-kanca yuk sami gabung

Jumat, 15 Maret 2013

makalah penilian

Macam-Macam Metode pembelajaran : 1. Metode Ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan. 2. Metode Diskusi Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi. 3. Metode Demonstrasi Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya. Kelebihan Metode Demonstrasi : a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan. b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Kelemahan metode Demonstrasi : a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan. b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan. c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan 4. Metode Ceramah Plus Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu: a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) 5. Metode Resitasi Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri. Kelebihan Metode Resitasi adalah : a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama. b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri. Kelemahan Metode Resitasi adalah : a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual. 6. Metode Eksperimental Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. 7. Metode Study Tour (Karya wisata) Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik. 8. Metode Latihan Keterampilan Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik. 9. Metode Pengajaran Beregu Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut 10. Peer Theaching Method Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. 11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method) Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya. 12. Project Method Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. 13. Taileren Method Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya 14. Metode Global (ganze method) Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut. PENILAIAN BERBASIS KELAS MATA PELAJARAN BAHASA JAWA Penilaian proses dan hasil belajar bahasa Jawa sebaiknya dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, rencana penilaiannya dilakukan pada saat menyusun silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas harus memperhatikan tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Penerapan ketiga ranah ini dilaksanakan secara proporsional sesuai sifat mata pelajaran yang bersangkutan, sebagai contoh mata pelajaran bahasa lebih menitik beratkan pada pengembangan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, penilaiannya harus menitik beratkan pada penilaian terhadap keterampilan berbahasa siswa. PRINSIP PENILAIAN Di sekolah digunakan berbagai bentuk alat evaluasi. Dalam pelaksanaannya, kerap kali terjadi alat evaluasi itu tidak memenuhi persyaratan, bahkan kadang-kadang merugikan siswa. Namun, evaluasi adalah suatu proses. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, evaluasi memberikan informasi sampai di mana siswa mencapai tujuan belajarnya. Tujuan utamanya ialah memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar. Agar proses evaluasi berjalan sebagaimana mestinya, dalam menyelenggarakan evaluasi perlu diingat beberapa prinsip umum untuk dipedomani. Penilian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007, didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. 1. Sahih (valid), berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutukan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk mementau perkembangan kemampuan siswa. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. MEKANISME PENILAIAN Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pemerintah, satuan pendidikan, dan pendidik. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan siswa, serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut. 1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. 2. Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran. 3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. 4. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan bentuk lain yang diperlukan. 5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar siswa. 6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan siswa disertai balikan atau komentar yang mendidik. 7. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. 8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran kepada pemimpin satuan pendidikan pada setiap akhir semester dalam bentuk nilai prestasi belajar siswa disetai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh. SISTEM PENILAIN YANG DILAKUKAN PENDIDIK Penilaian yang dilakukan pendidik merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa semua indikator harus dibuat soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar apa saja yang sudah atau belum dikuasai siswa. Hal ini dijadikan dasar menentukan keputusan, melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remedial. Pada prinsipnya, semua siswa dilayani sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa Jawa yang menitikberatkan penggunaan bahasa, indikator yang dikembangkan lebih banyak mencakup tuntutan performansi berbahasa secara aktif-reseptif dan aktif produktif. Untuk itu, soal-soal ujian yang dibuat berdasarkan indikator-indiktor tersebut sebaiknya benar-benar mencerminkan tuntutan indikator. Apabila indikator menuntut siswa melakukan performansi berbahasa lisan atau tertulis, soal-soal ujian itu juga seharusnya menjadikan siswa berunjuk kerja bahasa secara lisan atau tertulis. Bentuk ujian yang dipergunakan antara lain dapat berupa pertanyaan lisan di kelas, tes atau ulangan harian, praktik berbahasa, tugas rumah secara individual atau kelompok, dan tes atau ulangan akhir semester. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN Penilaian proses belajar dan hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes berbentuk tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan atau kinerja. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif mencakup empat jenis yakni (a) tes objektif melengkapi, (b) tes objektif pilihan, (c) tes objektif menjodohkan, dan (d) tes objektif benar-salah. Tes uraian dibedakan menjadi dua, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Tes uraian bebas adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan bahasa siswa sendiri. Dalam tes uraian bebas siswa relatif bebas untuk mendekati masalahnya, menentukan informasi faktual yang digunakannya, mengorgani-sasikan jawaban dan seberapa besar tekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian tes uraian bebas ini dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menganalisis, mensintesis fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes uraian bebas ini menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktivitas kognitif tingkat tinggi, dan kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang dihadapi. Tes lisan adalah tes yang jawabannya dikemukakan dalam bentuk lisan, sedangkan tes perbuatan adalah tes yang disampaikan dalam bentuk perbuatan, seperti tes berbicara, tes membaca indah, dan membaca nyaring. Penilaian yang menggunakan nontes dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara, tugas atau proyek, dan portofolio. Penilaian dengan teknik observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan atau di luar kegiatan pembelajaran. Untuk mempermudah pengamatan, terlebih dahulu harus mempersiapkan panduan pengamatan dengan menuliskan aspek-aspek yang akan diamati. Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden dengan melakukan tanya jawab sepihak. Artinya pertanyaan hanya dari pihak pewawancara, sedangkan responden hanya menjawab. Wawancara dibedakan menjadi dua, yakni wawancara terpimpin dan wawancara bebas. Wawancara terpimpin bila pewawancara telah mempersiapkan pertanyaan secara sistematis. Kadang-kadang kemungkinan jawaban juga sudah dipersiapkan baik oleh pewawancara atau responden. Pokok-pokok yang akan ditanyakan juga sering diberikan lebih dahulu pada pihak responden sehingga pihak responden sudah mempersipkan jawaban sebelumnya. Wawancara bebas adalah wawancara yang dilakukan tanpa banyak persiapan, baik pihak responden maupun pihak pewawancara. Pertanyaan yang akan diajukan belum dipersipkan sehingga kemungkinan akan muncul secara sporadis berdasarkan situasi dan kondisi. Pihak responden pun bebas menguaraian jawaban dan pendapat-pendapatnya. Wawancara terbatas akan menghasilkan informasi yang sistematis dan pasti, sedangkan wawancara bebas akan mendapatkan informasi yang luas dan tidak sistematis. Wawancara tidak sama dengan tes lisan, paling tidak dari segi karakter informasi yang akan digali. Wawancara lebih banyak menggali sikap, motivasi, aspirasi responden sedangkan tes lisan untuk mengungkap tingkat pemahaman atau penguasaan materi. Untuk menjembatani karakter kedua wawancara, sering muncul jenis wawancara bebas terpimpin. Artinya pewawancara sudah mempersiapkan pokok-pokok yang akan ditanyakan. Pokok-pokok tersebut dapat berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi tetapi masih tetap terkendali. Tugas dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok agar pembelajaran, penguatan, dan pengayaan untuk kompetensi dasar tertentu dapat tercapai. Tugas dapat diberikan secara periodik untuk mengukur kognitif tingkat tinggi, misalnya aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dapat pula digunakan untuk mengukur aspek psikomotor. Tugas dapat diberikan setiap akhir pembelajaran atau akhir silabus pembelajaran dengan tujuan untuk pengayaan materi. Proyek merupakan bentuk tugas yang bersifat kompleks dan membutuhkan jawaban berupa hasil kerja. Proyek dapat melibatkan serangkaian kegiatan yang sistematis dalam waktu yang relatif lama. Misalnya pembuatan laporan kegiatan. Laporan kegiatan memerlukan serangkaian aktivitas pengumpulan dan pengorganisasian data, analisis data, dan penyajian data. Pembuatan suatu bentuk karangan, misalnya karya ilmiah, naskah drama, dan pembuatan majalah dinding dapat diberikan dalam bentuk proyek. Proyek dapat diberikan sebanyak dua atau tiga kali dalam satu semester. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang yang dalam bidang pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah penilaian terhadap karya-karya individu untuk suatu mata pelajaran tertentu. Semua tugas penulisan yang dikerjakan siswa dalan jangka waktu tertentu, misalnya satu semester dikumpulkan, kemudian dilakukan penilaian. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio yang antara lain sebagai berikut : (1) karya yang dikumpulkan benar-benar merupakan karya siswa yang bersangkutan (2) karya siswa yang dijadikan contoh pekerjaan yang akan dinilai haruslah yang mencerminkan perkembangan, (3) kriteria yang dipakai untuk menilai portofolio haruslah telah ditetapkan sebelumnya, (4) siswa diminta menilai secara terus-menerus hasil portofolionya, (5) perlu dilakukan pertemuan dengan siswa yang dinilai. Selain itu, penilaian portofolio memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan tes bentuk objektif sehingga penggunaannya juga harus sesuai dengan tujuan atau kemampuan dasar dan substansi yang akan diukur. PENDEKATAN TES BAHASA Pendekatan tes bahasa dibedakan menjadi 4, yaitu pendekatan tes struktural, integratif, pragmatik, dan komunikatif (Nurgiyantoro 2001:169-190). a. Pendekatan Tes Struktural Dalam pendekatan struktural, bahasa dianggap sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi dan terdiri dari komponen-komponen bahasa, yaitu komponen bunyi bahasa, kosakata, dan tatabahasa. Komponen-komponen itu tersusun secara berjenjang menurut suatu struktur tertentu. Dalam struktur itu, bagian-bagian kecil bersama-sama membentuk bagian yang lebih besar, bagian-bagian lebih besar membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi, dan demikian selanjutnya, sampai terbentuknya bahasa sebagai struktur terbesar. Penerapan pendekatan struktur dapat ditemukan dalam pengajaran bahasa dalam bentuk pengajaran komponen-komponen kebahasaan secara terpisah seperti bunyi bahasa, kata, frase, kalimat, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tes ini sama dengan tes teori bahasa atau tatabahasa. Tes struktural meliputi tes bunyi bahasa, struktur kata, struktur frase, dan struktur kalimat. b. Pendekatan Tes Integratif Pendekatan integratif menekankan bahwa bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian komponen-komponen bahasa yang bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil yang membentuk bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi yang pada akhimya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa seutuhnya. Tes integratif digunakan untuk mengukur penguasaan kemampuan berbahasa atas dasar penguasaan terhadap gabungan antara beberapa bagian dari komponen bahasa dan kemampuan berbahasa. Tes integratif disajikan pada penggunaan bahasa dalarn konteks yang besarnya dan beragam. Konteks yang kecil ditemukan pada kata-kata, kata-kata dalam kalimat, atau kalimat-kalimat dalam wacana. Bahasa dalam konteks hanya dapat dipahami melalui pemahaman terhadap gabungan berbagai bagian dari komponen bahasa dan kemampuan berbahasa, seperti yang dapat ditemukan dalam penggunaan bahasa senyatanya. Bentuk tes menggunakan kalimat, melengkapi kalimat atau teks bacaan, merupakan beberapa bentuk tes dengan pendekatan integratif. Mengerjakan tes semacam itu selalu mempersyaratan penggunaan lebih dari satu bagian komponen bahasa atau kemampuan berbahasa sekaligus secara integratif. Penggabungan itu dapat terjadi antara satu bagian dari kemampuan berbahasa atau komponen bahasa dengan bagian yang lain, atau satu bagian dengan bagian lain dari kedua komponen itu. Mengubah bentuk suatu kalimat menjadi bentuk kalimat yang lain misalnya, tidak saja menuntut kemampuan tentang susunan kalimat sebagai bagian dari tatabahasa, melainkan juga memerlukan penguasaan perubahan bentuk kata, dan bahkan makna kata-katanya yang merupakan bagian dari penguasaan kosakata. Hal ini tergantung pada jenis dan bentuk tesnya, penggabungan itu dapat meliputi banyak aspek kebahasaan. Tes memahami bacaan misalnya, mempersyaratkan penggunaan beberapa aspek kemampuan berbahasa dan komponen bahasa, tidak saja pemahaman isi bacaan, melainkan juga pernahaman organisasi bacaan, struktur kalimat, bahkan kosakata. Semua itu terintegrasikan dalam bacaan yang harus dipaharni secara integratif pula, sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam tes integratif. Tes bahasa dengan pendekatan integratif juga dapat dilakukan dengan mengintegrasikan tes keterampilan berbahasa, misalnya tes membaca digabungkan dengan tes menulis, tes menyimak digabungkan dengan tes berbicara, tes membaca digabungkan dengan tes berbicara, dan lain-lainnya. c. Pendekatan Tes Pragmatik Pendekatan pragmatik mengutamakan peranan penggunaan bahasa yang melibatkan tidak saja unsur-unsur kebabasaan seperti kata-kata, frase atau kalimat melainkan unsur-unsur di luarnya juga, yang selalu terkait dalam setiap bentuk penggunaan bahasa. Kehadiran unsur-unsur non-kebahasaan yang tidak dapat dihindarkan dalam berbahasa menghasilkan suatu bentuk penggunaan bahasa yang lengkap, yang mampu mengangkapkan pesan sesuai dengan yang ingin disampaikan oleh pemakai bahasa. Hal-hal yang tidak diungkapkan secara eksplisit melalui ungkapan kebahasaan, dilengkapi secara implisit melalui unsur-unsur non-kebahasaan. Pemahaman terhadap ungkapan kebahasaan seutuhnya, mempersyaratkan pemahaman terhadap seluruh unsur itu, baik unsur kebahasaan maupun unsur non-kebahasaan, yang saling melengkapi. Sisi lain dari pendekatan pragmatik yang menekankan eratnya kaitan antara unsur kebahasaan dan non-kebahasaan dalam penggunaan bahasa seutuhnya adalah tidak dapat dihindarkannya adanya berbagai kendala. Dipercayai bahwa dalam kehidupan nyata sehari-hari, nyaris tidak ada penggunaan bahasa yang utuh dan murni tanpa hadirnya unsur-unsur lain di dalamnya sebagai kendala. Unsur-unsur itu dapat berupa unsur kebahasaan, seperti penambahan atau pengurangan kata-kata secara tidak disengaja. Unsur itu dapat pula berupa unsur non-kebahasaan, seperti suara-suara lain, peristiwa dan keadaan sekitar, tingkah laku orang-orang sekitar, dan sebagainya yang terjadi pada saat yang bersamaan dengan suatu penggunaan bahasa. Semua itu menghasilkan penggunaan bahasa yang tidak seutuh dan semurni seperti dimaksudkan oleh pemakainya. Seperti itulah penggunaan bahasa senyatanya yang pragmatik, yang tidak utuh dan tidak murni. Meskipun demikian, pesan yang terkandung dalam bahasa yang digunakan senyatanya dengan berbagai macam kendala itu pada umumnya dapat dipahami, berkat kemampuan berbahasa pragmatik yang diakui keberadaannya dalam pendekatan pragmatik. Dalam tes bahasa, pendekatan pragmatik mendasari penggunaan beberapa jenis tes tertentu, khususnya tes cloze atau C-tes, sebagai suatu bentuk pengembangan tes cloze. Sesuai dengan pandangannya terhadap bahasa, bentuk-bentuk tes bahasa itu dalam pendekatan pragmatik dianggap sebagai tes yang memenuhi ciri-ciri pragmatik. Bentuk-bentuk tes itu selalu menggunakan wacana yang mengandung konteks, bukan semata-mata kalimat atau kata-kata lepas. Mengerjakan tes yang menggunakan wacana, mempersyaratkan kemampuan memahami unsur-unsur kebahasaan maupun non-kebahassan, sebagai bagian dari pemahaman terhadap wacana secara keseluruhan. Dan hal itu sesuai dengan persyaratan pendekatan pragmatik. Di dalam wacana yang digunakan itu terdapat pula berbagai gangguan, berupa bagian-bagian yang hilang, atau menjadi kabur dan kurang jelas, seperti dalam tes cloze atau C-tes. Hal itupun sesuai dengan ciri pendekatan pragmatik yang lain, yaitu adanya kendala berupa gangguan dalam penggunaan bahasa secara alamiah. Tes yang dikembangkan atas dasar pendekatan pragmatik, ditandai dengan adanya tugas untuk memahami wacana melalui pemahaman unsur-unsur kebahasaan yang digunakan secara wajar, termasuk adanya berbagai kendala yang secara wajar terdapat pula di dalamnya. Di samping itu, tes berbicara juga dapat termasuk tes pragmatik. Pemahaman secara pragmatik itu menuntut pula kemampuan uniuk memahami kaitan antara unsur-unsur kebahasaan dan unsur-unsur non-kebahasaan yang terkandung dalam wacana. Tes pragmatik mempunyai persamaan dengan tes komunikatif (Valette dalam Nurgiyantoro2001:178) yaitu keduanya menekankan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa dalam situasi tertentu. Penilaiannya ditekankan pada kemampuan menghasilkan dan memahami informasi dan bukan pada ketepatan bahasa yang digunakan. d. Pendekatan Tes Komunikatif Pendekatan komunikatif mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari senyatanya. Pendekatan ini meninggalkan pendekatan struktural. Sebagai suatu pendekatan dengan orientasi psikolinguistik dan sosiolinguistik, pendekatan komunikatif mementingkan peranan unsur-unsur non-kebahasaan terutama unsur-unsur yang terkait dengan terlaksananya komunikasi yang baik. Namun, berbeda dengan pendekatan pragmatik yang menekankan peranan konteks dalam penggunaan bahasa, pendekatan komunikatif memperluas unsur konteks itu dengan memperhatikan unsur-unsur yang mengambil bagian dalam terwujudnya komunikasi yang baik. Sebagai akibatnya, pendekatan komunikatif secara rinci mempersoalkan seluk-beluk komunikasi yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa. Unsur-unsur seperti siapa yang terlibat dalam berkomunikasi, bagaimana hubungan antara mereka yang melakukan komunikasi, apa maksud dan tujuan diadakannya komunikasi, dalam keadaan bagaimana komunikasi tejadi, kapan dan bagaimana komunikasi terjadi, dan sebagainya sangat menentukan wujud bahasa yang digunakan. Penerapan pendekatan komunikatif dalam tes bahasa, berdampak terhadap beberapa segi penyelenggaraannya, terutama jenis dan isi wacana yang digunakan, kemampuan berbahasa yang dijadikan sasaran, serta bentuk tugas, soal, atau pertanyaannya. Semua itu harus ditentukan atas dasar ciri komunikatifnya, yaitu hubungan dan kesesuaiannya dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi senyatanya. Untuk memastikan apakah penyelenggaraan tes bahasa sesuai dengan, atau setidak-tidaknya mendekati ciri-ciri pendekatan komunikatif, perlu dikaji apakah wacana yang digunakan, pertanyaan yang diajukan, dan jawaban yang diharapkan, benar-benar scsuai dengan ciri-cirl penggunaan bahasa yang komunikatif Tes bahasa komunikatif meliputi tes mendengarkan, tes membaca, tes berbicara dan tes menulis. TES BAHASA JAWA Dalam pembelajaran bahasa, tes juga merupakan alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berbahasa. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa. Tes bahasa Jawa dengan pendekatan komunikatif ada empat macam, yaitu tes mendengarkan, tes berbicara, tes membaca, dan tes menulis. 1. Tes Mendengarkan Tes mendegarkan untuk mengukur kompetensi siswa menangkap dan memahami informasi yang diterima melalui pendengaran, Tes mendengarkan pada dasarya lebih bersifat kognitif. Pada jenjang yang lebih tinggi dapat dideskripsikan sebagai kemampuan menganalisis dan menyimpulkan suatu pesan yang disampaikan secara lisan. Tes mendengarkan diselenggarakan dengan memperdengarkan wacana lisan, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui rekaman). Tes mendengarkan dapat berupa tugas yang harus dikerjakan siswa atau pertanyaan yang harus dijawab siswa. Jawaban bisa berupa uraian atau pilihan, contoh wacana yang diperdengarkan : Sarna : “Dhik Kardi penjenengan menika nanem menapa?” Kardi : “Nanem jeram siyem.” Sarna : “Menapa benten kaliyan jeram keprok?” Kardi : “Sejatosipun nunggal jinis, menawi jeram siyem kulitipun tipis, alus, lan rekaos dipunonceki, nanging menawi jeram keprok kulitipun kandel radi kasar, lan gampil dipunonceki.” Pertanyaan Uraian 1. Sinten ingkang nanem jeram? 2. Ingkang dipuntanem jeram menapa? 3. Kados pundi titikanipun jeram keprok menika? 4. Menapa bentenipun jeram siyem kaliyan jeram keprok menika? Pertanyaan pilihan Titikanipun jeram siyem menika …. a. kulitipun tipis, alus, gampil dipunonceki. b. kulitipun alus, tipis, rekaos dipunonceki c. kulitipun kasar, kandel, gampil dipunonceki d. kulitipun kandel, alus, gampil dipunonceki 2. Tes Berbicara Mengevaluasi kemampuan berbicara seseorang merupakan suatu kegiatan yang sulit. Tes kemampuan berbicara tidak hanya mengevaluasi kemampuan memahami apa yang diucapkan tetapi juga mengevaluasi kemampuan mengkomunikasikan gagasan yang tentu saja mencakup kemampuan menggunakan kata, kalimat, dan wacana yang diklasifikasikan sebagai menggunakan keterampilan (psikomator) sekaligus mencakup kemampuan kognitif dan afektif. Dalam proses mengajar, guru sering melakukan tes berbicara secara informal, misalnya dengan meminta siswa berbicara atau bercerita. Tes tersebut sering kali dilakukan tanpa dirancang dengan baik terlebih dahulu dan ucapan siswa pada saat berbicara juga tidak direkam. Siswa diminta berbicara, guru mendengarkan dan langsung memberi nilai. Penilaian seperti ini tidak memenuhi syarat evaluasi yang baik. Dalam evaluasi berbicara akan lebih baik jika penilaiannya disusun secara cermat. Tes berbicara pada umumnya mencakup aspek ucapan, intonasi, pilihan kata, organisasi isi, dan kelancaran. Dalam tes berbicara bahasa Jawa harus meliputi pocapan ‘pelafalan’, polatan tindak tanduk berbahasa’, dan patrap/ penerapan unggah-ungguh basa ‘Penerapan kaidah berbahasa’ Tes berbicara dapat diselenggarakan secara terkendali atau terpimpin dan secara bebas. Penyelenggaraan tes berbicara secara terkendali dapat berupa menceritakan gambar atau menceritakan kembali yang telah disampaikan sebelumnya secara lisan atau tertulis. Dalam penyelenggaraan tes berbicara secara bebas, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang ingin dibicarakan. Dalam hal ini guru dapat menyediakan pilihan topic dan batasan waktu. Aspek yang dinilai dalam tes berbicara adalah diksi, intonasi, pelafalan, struktur, organisasi isi, dan kelancaran. 3. Tes Membaca Pada dasarnya tes membaca itu meliputi tes perbuatan dan tes pemahaman isi bacaan. Tes perbuatan antara lain tes membaca indah, membaca teks, membaca susunan acara, dll. Aspek yang dinilai adalah ketepatan intonasi, pelafalan, dan kelancaran. Tes pemahaman isi bacaan atau tes membaca pemahaman untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam wacana tulis. Dengan demikian yang dinilai adalah ketepatan isi atau pemehaman isi bacaan. Tes ini dapat berupa pertanyaan yang dijawab secara uraian dan pilihan untuk menjawab pertanyaan dari apa yang telah dibacanya. Selain bentuk tes tersebut, tes membaca dapat berupa meringkas, menceritakan kembali, dan cloze seperti berikut: Widhi tuku buku ing Gramedia diterake ibune. Ibune ya arep ………. Jaya Baya. Panjenengane seneng ………… kalawarti basa Jawa, amarga akeh seserepane. Saiki Widhi ya seneng ……………… kalawarti basa Jawa. 4. Tes Menulis Kemampuan menulis mencakup aspek pemakaian ejaan, pungtuasi, struktur kalimat, kosa kata, serta penyusunan paragraf. Oleh karena itu, dalam evaluasi menulis juga harus memperhatikan aspek tersebut. Tes menulis dapat diselenggarakan secara bebas dan terpimpin. Tes menulis secara bebas, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang ingin ditulis. Dalam hal ini guru dapat menyediakan pilihan topik dan batasan jumlah kata. Penyelenggaraan tes menulis secara terpimpin dapat berupa menceritakan gambar atau menceritakan kembali yang telah disampaikan sebelumnya secara lisan atau tertulis, menyusun kalimat berdasarkan kata-kata yang telah disediakan, menyusun laporan, dikte, terjemahan, melanjutkan tulisan, pembentukan kata dalam wacana dan penerapan ejaan. Tes pembentukan kata: Dhek malem Minggu aku (tonton) wayang ing (dalem) pak Sarikun. Pak Sarikun (sunat) putrane kathi (tanggap) wayang…. BAHAN ACUAN Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Oller, John W. 1979. Language Test at School, A Pragmatic Approach. London: Longman Group. Purwanto, M Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pusat Kurikulum. 2003a. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas. Pusat Kurikulum. 2003b. Kurikulum 2004: Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Surapranata, Sumarna. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suyoto, Pujiati & Iim Rahmina. 1999. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas terbuka. Valetee, Robecca M. 1977. Modern Language Testing. New York: Harcourt Brace Jovanovich TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN Penilaian proses belajar dan hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes berbentuk tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau kinerja. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif mencakup empat jenis yakni (a) tes objektif melengkapi, (b) tes objektif pilihan, (c) tes objektif menjodohkan, dan (d) tes objektif benar-salah. Tes uraian dibedakan menjadi dua, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Tes uraian bebas adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan bahasa siswa sendiri. Dalam tes uraian bebas siswa relatif bebas untuk mendekati masalahnya, menentukan informasi faktual yang digunakannya, mengorgani-sasikan jawaban dan seberapa besar tekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian tes uraian bebas ini dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menganalisis, mensintesis fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes uraian bebas ini menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktivitas kognitif tingkat tinggi, dan kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang dihadapi. Penilaian yang menggunakan nontes dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara, tugas atau proyek, dan portofolio. Penilaian dengan teknik observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan atau di luar kegiatan pembelajaran. Untuk mempermudah pengamatan, terlebih dahulu harus mempersiapkan panduan pengamatan dengan menuliskan aspek-aspek yang akan diamati. Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden dengan melakukan tanya jawab sepihak. Artinya pertanyaan hanya dari pihak pewawancara sedangkan responden hanya menjawab. Wawancara dibedakan menjadi dua, yakni wawancara terpimpin dan wawancara bebas. Wawancara terpimpin bila pewawancara telah mempersiapkan pertanyaan secara sistematis. Kadang-kadang kemungkinan jawaban juga sudah dipersiapkan baik oleh pewawancara atau responden. Pokok-pokok yang akan ditanyakan juga sering diberikan lebih dahulu pada pihak responden sehingga pihak responden sudah mempersipkan jawaban sebelumnya. Wawancara bebas adalah wawancara yang dilakukan tanpa banyak persiapan, baik pihak responden maupun pihak pewawancara. Pertanyaan yang akan diajukan belum dipersipkan sehingga kemungkinan akan muncul secara sporadis berdasarkan situasi dan kondisi. Pihak responden pun bebas menguaraian jawaban dan pendapat-pendapatnya. Wawancara terbatas akan menghasilkan informasi yang sistematis dan pasti sedangkan wawancara bebas akan mendapatkan informasi yang luas dan tidak sistematis. Wawancara tidak sama dengan tes lisan, paling tidak dari segi karakter informasi yang akan digali. Wawancara lebih banyak menggali sikap, motivasi, aspirasi responden sedangkan tes lisan untuk mengungkap tingkat pemahaman atau penguasaan materi. Untuk menjembatani karakter kedua wawancara, sering muncul jenis wawancara bebas terpimpin. Artinya pewawancara sudah mempersiapkan pokok-pokok yang akan ditanyakan. Pokok-pokok tersebut dapat berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi tetapi masih tetap terkendali. Tugas dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok agar pembelajaran, penguatan, dan pengayaan untuk kompetensi dasar tertentu dapat tercapai. Tugas dapat diberikan secara periodik untuk mengukur kognitif tingkat tinggi, misalnya aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dapat pula digunakan untuk mengukur aspek psikomotor. Tugas dapat diberikan setiap akhir pembelajaran atau akhir silabus pembelajaran dengan tujuan untuk pengayaan materi. Proyek merupakan bentuk tugas yang bersifat kompleks dan membutuhkan jawaban berupa hasil kerja. Proyek dapat melibatkan serangkaian kegiatan yang sistematis dalam waktu yang relatif lama. Misalnya pembuatan laporan kegiatan. Laporan kegiatan memerlukan serangkaian aktivitas pengumpulan dan pengorganisasian data, analisis data, dan penyajian data. Pembuatan suatu bentuk karangan, misalnya karya ilmiah, naskah drama, dan pembuatan majalah dinding dapat diberikan dalam bentuk proyek. Proyek dapat diberikan sebanyak dua atau tiga kali dalam satu semester. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang yang dalam bidang pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah penilaian terhadap karya-karya individu untuk suatu mata pelajaran tertentu. Semua tugas penulisan yang dikerjakan siswa dalan jangka waktu tertentu, misalnya satu semester dikumpulkan, kemudian dilakukan penilaian. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio yang antara lain sebagai berikut : (1) karya yang dikumpulkan benar-benar merupakan karya siswa yang bersangkutan (2) karya siswa yang dijadikan contoh pekerjaan yang akan dinilai haruslah yang mencerminkan perkembangan, (3) kriteria yang dipakai untuk menilai portofolio haruslah telah ditetapkan sebelumnya, (4) siswa diminta menilai secara terus-menerus hasil portofolionya, (5) perlu dilakukan pertemuan dengan siswa yang dinilai. Selain itu, penilaian portofolio memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan tes bentuk objektif sehingga penggunaannya juga harus sesuai dengan tujuan atau kemampuan dasar dan substansi yang akan diukur. TES BAHASA JAWA Tes bahasa Jawa bada empat macam, yaitu tes mendengarkan, tes berbicara, tes membaca, dan tes menulis. 1. Tes Mendengarkan Tes mendegarkan untuk mengukur kompetensi siswa menangkap dan memahami informasi yang diterima melalui pendengaran, Tes mendengarkan diselenggarakan dengan memperdengarkan wacana lisan, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui rekaman). Tes mendengarkan dapat berupa tugas yang harus dikerjakan siswa atau pertanyaan yang harus dijawab siswa. Jawaban bias berupa uraian atau pilihan, contoh wacana yang diperdengarkan : Sarna : Dhik Kardi penjenengan menika nanem menapa? Kardi : Nanem jeram siyem Sarna : Menapa benten kaliyan jeram keprok? Kardi : Sejatosipun nunggal jinis, menawi jeram siyem kulitipun tipis, alus, lan rekaos dipunonceki, nanging menawi jeram keprok kulitipun kandel radi kasar, lan gampil dipunonceki. Pertanyaan Uraian 1. Sinten ingkang nanem jeram? 2. Ingkang dipuntanem jeram menapa? 3. Kados pundi titikanipun jeram keprok menika? 4. Menapa bentenipun jeram siyem kaliyan jeram keprok menika? Pertanyaan pilihan Titikanipun jeram siyem menika …. a. kulitipun tipis, alus, gampil dipunonceki. b. kulitipun alus, tipis, rekaos dipunonceki c. kulitipun kasar, kandel, gampil dipunonceki d. kulitipun kandel, alus, gampil dipunonceki 2. Tes Berbicara Tes berbicara dapat diselenggarakan secara terkendali atau terpimpin dan secara bebas. Penyelenggaraan tes berbicara secara terkendali dapat berupa menceritakan gambar atau menceritakan kembali yang telah disampaikan sebelumnya secara lisan atau tertulis. Dalam penyelenggaraan tes berbicara secara bebas, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang ingin dibicarakan. Dalam hal ini guru dapat menyediakan pilihan topic dan batasan waktu. Aspek yang dinilai dalam tes berbicara adalah diksi, intonasi, pelafalan, struktur, organisasi isi, dan kelancaran. 3. Tes Membaca Pada dasarnya tes membaca itu meliputi tes perbuatan dan tes pemahaman isi bacaan. Tes perbuatan antara lain tes membaca indah, membaca teks, membaca susunan acara, dll. Aspek yang dinilai adalah ketepatan intonasi, pelafalan, dan kelancaran. Tes pemahaman isi bacaan atau tes membaca pemahaman untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam wacana tulis. Dengan demikian yang dinilai adalah ketepatan isi atau pemehaman isi bacaan. Tes ini dapat berupa pertanyaan yang dijawab secara uraian dan pilihan untuk menjawab pertanyaan dari apa yang telah dibacanya. Selain bentuk tes tersebut, tes membaca dapat berupa meringkas, menceritakan kembali, dan cloze seperti berikut: Widhi tuku buku ing Gramedia diterake ibune. Ibune ya arep ………. Jaya Baya. Panjenenganipun remen ………… kalawarti basa Jawa, amarga akeh seserepane. Saiki Widhi ya seneng ……………… kalawarti basa Jawa. 4. Tes Menulis Tes menulis dapat diselenggarakan secara bebas dan terpimpin. Tes menulis secara bebas, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang ingin ditulis. Dalam hal ini guru dapat menyediakan pilihan topik dan batasan jumlah kata. Penyelenggaraan tes menulis secara terpimpin dapat berupa menceritakan gambar atau menceritakan kembali yang telah disampaikan sebelumnya secara lisan atau tertulis, menyusun kalimat berdasarkan kata-kata yang telah disediakan, menyusun laporan, dikte, terjemahan, melanjutkan tulisan, pembentukan kata dalam wacana dan penerapan ejaan. Tes Pembentukan kata: Jumbuh kaliyan asas demokrasi Pancasila, nagari kita (wonten) pemilu. Amargi nagari kita (dhasar) kedaulatan rakyat. Dene kangge (tindak) kedaulatan rakyat (betah) wakil rakyat ingkang (pilih) lumantar pemilu. Dados pemilu menika satunggaling sarana kangge (pilih) wakil-wakil rakyat ingkang kapitados.

geguritan 1

GURUKU Sutikno. Blora Aku krungu Jarena guru iku ora kena digugu lan ditiru Aku krungu Jarenen guru iku yen ora wagu ya saru Sedina Sesasi Setaun Aku digulawenthah Nyatane Guruku ya tetep guru Sing kudu tak gugu lan taktiru Tansah paring dhawuh Tansah paring pituduh Tansah paring sesuluh Supaya aku bisa weruh Bab apa bae kanthi wutuh Guru Pangestu lan dongamu Kang tansah tak antu LPMP, 24 Maret 2012

geguritan

ANAKKU Kaanggit dening pake Wawa Nduk…. Cah ayu anakku, sing ati-ati Aja lali isuk sekolah sore ngaji Sangu urip celengan mati Ngger… Cah bagus anakku, sing sregepa Aja lali budhal sekolah, ndedongaa Golek gaman kanggo urip neng donya. Nduk … Ngger … Cah ayu anakku, cah bagus anakku Eling-elinga Welinge gurumu Kang rinakit ing kinanthi iku “Yen ta dadi murid iku, Sinaua kanthi tertib, Aja seneng dolan-dolan, Prayogane tambah ngaji, Lan uga katambah pasa, Ndadekake ati suci” Nduk…, Ngger … Cah ayu anakku, cah bagus anakku Sing ati-ati Sing sregepa Elinga dadi murid wajib sinau uga ngaji. JIMATKU Kaanggit dening Pake Wawa. Jimat… Iki dudu siji kang diemat-emat Jimat… Iki dudu barang aji kang kuwat Jimatku mung pitutur luhur kang suci Saka guruku kang sumimpen ing ati Kanggo mecaki dalaning urip nganti tekaning pati Guru, maturnuwun piwucalipun Guru, maturnuwun pangrehipun Guruku, maturnuwun panggulawenthahipun Jimat… Dudu wesi aji kang kuwat Jimat… Dudu sesaji lan berkat Jimatku mung patuladhan tindak tanduk, Saka guruku kang takanggep sekar cunduk, Kang tansah mekar tanpa mingkup. Guru, maturnuwun pituturipun, Guru, maturnuwun Nasehatipun Guuruku maturnuwun sedayanipun.